Pages

Tuesday, December 11, 2012

Retoris Randomis

haruskah kita mempertahankan rasa atau sekedar menyambut apa yang sudah ada?

kala cinta itu tidak binasa, sudikah engkau memberikanya bagi pihak yang sungguh mencintaimu meski engkau tidak mencintainya? atau engkau tepis pula hatinya dan membuat impiannya tentangmu yang sudah dirakitnya selama ini hancur berkeping? jika engkau tak mencintainya, engkau tak akan memberikannya barang secercah harap. engkau tidak akan memberikannya kesempatan untuk berusaha sedari awal. sedari awal, sedari awal. atau engkau enggan mengakui bahwa engkau terlalu takut untuk kehilangan rasa nyaman sebagai subjek yang dicintai?

berbicara tentang gumpalan cinta yang katamu tak mungkin, apakah di balik suatu ketidakmungkinan ada mungkin yang tersembunyi? atau kata itu sudah tidak mungkin ada lagi? lantas bila memang mungkin apa yang membuat engkau berhenti dan pergi menjauh? ragukah? tidak. kau tidak meragukan cintamu, kau ragu ia merasakan hal yang sama dengan yang kau rasakan. bukankah itu berarti kau menginginkan cinta yang tak beresiko? itukah cinta? tak maukah engkau memperjuangkan sebuah kemungkinan?

bolehkah sang hawa berharap pada untaian kata sang adam yang diucapkannya mentah sementara kata itu menjadi rema bagi hidup sang hawa? lalu jika adam berhenti bergeming, mestikah hawa berhenti mencari? 

bagaimana menurutmu, mencintai orang yang kau cinta atau mencintai orang yang mencintaimu? mestikah kau kejar rasa itu atau biarkan dia mengejarmu? akankah ia mengejarmu atau kalian bahkan sama-sama saling menunggu?

untukmu, yang tidak akan pernah tau, bahwa rasaku ada.

Sunday, June 24, 2012

sikola

hari itu aku menjadi tamu.
hari yang sangat berarti bagiku. karenanya mamak membelikan aku seragam putih merah di toko kelontong Uda Sander kemarin pagi. lalu kucuci sampai tiga kali. supaya hari ini aku tampil rapi. mamak bilang seragam ini harus dijaga karena mamak hanya sanggup belikan satu saja. sebenarnya seragam ini agak kebesaran. celananya menjuntai sampai ke tumit, seragamnya berkibar bagai Sang Saka Merah Putih. jadi mamak ikat pinggangku dengan tali rafia biru yang dimintanya pula dari ibu-ibu di samping rumah. "harus muat sampai kelas 6 sd". itu kata mamak.

lalu aku berlari di tengah pagi. ditemani embun dan si tumang yang kakinya sudah kudisan sejak aku masih ngompol di celana. kalau lelah sebentar kami berjalan. tidak, aku dan tumang tak boleh istirahat, nanti kami terlambat. aku atau tumang tak punya jam yang dibilang orang bisa tunjukkan waktu. jadi kalau ayam kami sudah berkokok, mau tak mau aku harus lari kencang ke sekolah supaya tidak terlambat. sebenarnya bisa saja kalau aku mau naik truk perkebunan kelapa sawit yang suka lewat-lewat. toh cuma makan waktu setengah jam. tapi kata mamak panjat-panjat truk bisa bikin baju sobek.

akhirnya sampai juga di sekolah. si tumang lapar, aku apalagi. tapi apa daya mamak tak kasih uang, katanya sarapan dulu sebanyak-banyaknya dirumah baru boleh sekolah, tak ada jajan, pulang nanti saja makan lagi yang banyak. jadi aku dan tumang tadi pagi balas dendam sama mamak, kami makan itu nasi dari bakul mamak sampai 3 piring. ditambah sebiji ikan tenggiri yang didapat dari arisan minggu kemarin. kasihan sekali tumang, jadi aku suruh tumang pulang saja. dia cuma angguk-angguk lalu pergi pula. aku berlari kecil ke dalam tapi sendal jepitku tersangkut di antara batu-batu. kutarik-tarik sampai dia lepas juga.



"anak-anak kita kedatangan teman baru, ayo perkenalkan dirimu" begitu kata ibu guru sambil seret-seret aku sampai depan kelas. aku takut setengah mati, keringat bercucuran sampai bajuku basah kuyup. aku yakin setelah ini aku bisa-bisa dihabisi mamak, kalau seragamku ini basah, besok aku pakai apa. maka sekonyong-konyong bertambah deraslah peluhku. "tak usah takut. temen-temen barunya ga akan gigit kok." lalu aku mulai buka suara "namaku Nim, aku dari Talak Batu, Lumbapea, Tapanuli Selatan. tidak, tidak perlu repot-repot dicari, aku sudah beli peta indonesia kemarin di kios Uda Sander, lalu minta ditunjukkan dimana rumahku, tapi Uda bilang disitu tidak ada nama kampungku, jadi sepertinya itu jauh sekali dari kota sini."



Sabtu, 24 juni 2012
untukmu, Pak


Thursday, April 12, 2012

jarum pendek sudah di atas

"Ayo tidur jarum pendeknya sudah di atas" begitu katamu setiap malam tiba. Lalu aku hanya merajuk mencoba menawar "tunggu dulu sampai jarum panjangnya juga di atas" dengan mata terpaku pada televisi yang tak seberapa besarnya. kau pun mulai gusar. sejenak  kau menimbang. lalu dengan penuh kekhawatiran berkata "kalau tidak tidur sekarang besok pagi kamu pasti sakit" dengan tanpa keikhlasan kuhentakan kaki dan melangkah ke kamar dengan rasa kesal . "Besok kan bisa nonton lagi" katamu. tapi aku pura-pura tak mendengar.

"hei cuci dulu kakinya baru naik ke tempat tidur", tapi aku tak mau dengar, "jangan suruh bersihkan kuman, mereka teman-temanku". "dasar pemalas" katamu sambil mengambil lap basah dan menyeka kedua kakiku.


 "sudah sana tidur"

dengan langkah gontai aku beranjak ke kamar yang kubagi dengan kedua kakakku. tempat tidur itu bertingkat dua.

kadang aku tidur di atas kalo sedang sial. Di atas panas karena sangat dekat dengan lampu, aku tidak suka. Kontras sekali dengan kasur bawah yang remang redup lagi sejuk. tapi kali ini aku sedang beruntung karena kini giliranku tidur di bawah.aku dan kakak-kakak tak pernah langsung tidur. Biasanya kami ketawa ketiwi entah menertawakan apa atau sekedar saling menggoda satu sama lain. 


sesaat setelah mendengar tawa kecil kami, kau melangkah dengan langkah khasmu menuju kamar kami. ah derap langkahmu, kami tau persis itu pasti engkau. Lalu kami akan pura-pura menutup mata. Tau jelas kami tak tidur, kau berkata "saya hitung sampai tiga awas kalau belum tidur juga. Satu.. Dua.. Dua setengah.. Dua tiga perempat. Tiga. Bobok, bobok, sudah malam." 


selamat malam juga papa. Tidur erat-erat




12 april 23.59


Sunday, March 25, 2012

Minggu

hari ini anak-anak sekolah minggu memenuhi gereja. parkit-parkit mungil itu terbang kesana kemari riang gembira. seketika mata mereka tertuju pada piala-piala yang tingginya tak seberapa. ingin. mereka inginkan itu. siapa tau dengannya mama papa bisa bangga. 

mereka mulai nyanyi malu-malu sambil menggerakan jemari mereka 
"My Jesus in the family 
happy happy home
happy happy home
happy happy home"


aku jadi rindu ke gereja bersamamu, pa. duduk di sebelahmu dan mencium pipi kananmu. terasa janggut kasar yang tidak dicukur rapi-papa tak bisa cukur janggut, hanya sekedar menjentikkannya dengan koin seratusan berkali-kali dan baginya itu sudah cukup rapi.
tercium bau tembakau dari badanmu yang gemuk nan legam. karenanya mama selalu bawa pernen pelega tenggorokoan. terdengar suara papa yang sumbang dan memekakan telinga saat menyanyikan kidung pujian. penuh semangat juga nada yang kejar-kejaran. tidak ada yang protes. tidak boleh ada yang protes.

setelahnya kita jajan batagor bersama, papa tak pernah beli untuk diri sendiri. papa lebih suka mengambil bagian kami anak-anakmu. katamu makan punya orang lebih nikmat. atau kalau kami sedang berprilaku baik, kami dapat eskrim cone rasa cokelat. sebagai imbalannya kau minta bagian paling ujung, paling nikmat, paling tidak dingin-satu-satunya bagian yang bisa kau makan karena gigimu selalu linu saat kunyah panganan beku. kadang aku tak rela, tapi untuk papa apalah yang tidak. kalau kuberi, papa senang bukan main

pa, sekarang aku sedang gereja bersama mama dan gideon. kami duduk di bangku pojok kanan tepat di bawah AC. tempat paling kau tak suka, karena katamu disini dingin. 

selamat hari minggu papa


minggu 25 maret 2012
minggu ini panas sekali , duduk di bawah AC pun tak terasa dingin
jadi hari ini kau tak akan cerewet seperti biasa. maka duduklah di samping kami, papa

Wednesday, February 29, 2012

sore

selamat sore pria tinggi pemalu, 
sore ini temanku bukan lagi si kopi hitam yang biasa aku tegak dengan semena-mena. aku lebih memilih menyeruput secangkir teh hangat dengan perasan jeruk lemon dan sesendok madu. sungguh membuat nyaman. semerta-merta akurindu  kamu


apa kabar, priaku?
setelah berhari-hari aku tidak bercuap rindu, bukan berarti aku tidak ingat kamu. 
kesibukan ini membuat aku semakin menggila, terlebih lagi karena disela-selanya kita tidak saling jumpa. sesak sekali rasanya kalau tidak ketemu kamu dalam sehari. 
sehari terasa sewindu jadinya.


aku rindu sekali minggu seru kita kemarin.
makan sampai kenyang lalu diguyur hujan. bergereja bersama dengan setengah sakit kepala.
melakukan hal-hal konyol yang selalu membuat kita geli. terburu-buru karena besok hari senin dan tugasku sudah menumpuk.
ya, aku selalu rindu hari minggu karena padanya ada Tuhan yang mempertemukan kita, dan ada kamu.


omong-omong selamat tanggal 28 (kemarin), aritonang :")





Wednesday, February 8, 2012

wishes

i wish i could be the girl who gives you a story to tell, a memory to remember and a bunch of loves to share.


i want to spend my holiday with you. going to the places we have never been there before. swimming underneath the blue sky. cheering our lemonades while sharing some funny stories. praying in the middle of the night with you. playing some childhood games with you. taking a thousands of pictures of us. hugging you all night long. make your favorite meals. having a great dinner or even a barbecue near the beach. cuddling under the warm blanket. singing our favorite songs. laughing as hard as we could/ enjoying the sunset and the sunrise together. 
only you and me
yes, just you and me 


was made  in 2011
retype :
on tiring wednesday, 8 feb 2012, 
16:08 while listening a not so good song

rambut

hai punyaku,


sudah lama tak bertemu dan aku yakin betul rambutmu sudah semakin panjang sejak terakhir kita jumpa. 

kita sudah lama berdebat tentang ini. kamu tahu persis aku tidak suka, berulang kali aku minta supaya kamu potong rambutmu. apa sih susahnya? tapi kamu selalu teguh dengan pendirianmu untuk tetap mempertahankannya. coba lihat, semakin lama dia semakin tumbuh dengan subur dan entah sampai kapan kamu mau membiarkannya.




sama dengan keteguhanmu untuk mempertahankan kita sejak bertahun lalu.
sama dengan perasaan kita yang semakin lama kian tumbuh pula berakar dan berbuah.
entah sampai kapan.
lalu setelah mengingatnya aku berhenti mendebat. 
ah kamu dengan segala sifat keras kepalamu, aku rindu kamu jua.


meja makan rumah yang sebentar lagi dijamin pensiun, 8 feb 2012
15.35  menyantap makan siang, lalu kesemutan

Thursday, February 2, 2012

untuk kaka pertama


Mendengar seorang kaka menempuh yudisiumnya adalah bukti nyata bahwa sesungguhnya segala ini akan berakhir juga. Dan rasanya ingin menangis bahagia saat tau bonusnya, bahwasanya dia lulus dengan kehormatan.

Puji Tuhan. Terpujilah Tuhan.

Selamat untuk kakak kami yang terkasih, Rani Pitta Omas, S.Ked. 
teruslah berjuang bersama Tuhan karena perjalanan masih panjang.

Bandung, 3 feb 2012
10.17 wib menunggu giliran bertemu dokter,
Duduk diantara sekumpulan ibu-ibu menor, aku pakai baju belang-belang seperti kue lapis

soto


Setelah 7 bulan hanya sekedar melewati tempat itu, akhirnya aku dan mama memberanikan diri untuk sekedar berkunjung.

Masih membekas dalam ingatanku betapa seringnya dulu kami kesana bersama papa. Setiap ada salah satu dari anggota keluarga kami berulang tahun, tidak ada yang minta perayaan di restoran mewah  ataupun hotel ternama. Kami selalu meminta untuk datang ke tenda mungil di tepi jalan itu.




Soto pak kumis namanya. Rasanya mungkin biasa saja, bahkan bagi sebagian orang soto jeroan seperti itu amat menjijikan. Tapi bagi kami, kami jatuh cinta pada makanan itu sejak kami masih jabang bayi. Lebih lama dari itu. Sejak papa dan mama mulai pacaran, dua puluh dua tahun lalu.

Soto pak kumis tidak hanya menyuguhkan kelezatan tetapi juga ingatan indah dalam setiap mangkuknya.  Tempat makan soto pak kumis selalu buka seetelah magrib dan biasanya ramai betul suasananya. Jadi jika kami tiba terlalu larut, pasti sudah kehabisan.
kami empat bersaudara selalu punya cara untuk kembali ke sana meski tak ada satupun di antara kami yang sedang berulang tahun. Kami tidak sarapan atau bahkan makan siang agar bisa melahapsoto dengan sepuasnya. Maka bagi kami, inilah “all you can eat” sesungguhnya. Lalu kami bilang sama papa kalau kami belum makan dari pagi. Selanjutnya kami bujuk saja papa agar membawa kami ke sana. Tepat seperti dugaan kami, papa selalu mudah dirayu. Papa mengiyakan dan lupa kadar kolesterol dan asam uratnya yang tinggi-dulu kami tidak tahu kalau papa menyimpan profil lipid yang di ambang batas. Papa tidak peduli dengan kesehatannya. Baginya yang terpenting adalah sukacita bersama keluarga. Makan malam bersama adalah hal mewah bagi kami. Kami jarang sekedar berkumpul untuk makan malam di rumah, jadi soto ini ya bisa dibilang adalah penyatu kami.

Kami selalu dan entah mengapa selalu saja beradu mulut sebelum tiba di tempat itu. Apa saja bisa menjadi bahan bertengkar, mulai dari hal mungil sampai paling raksasa.

Sesampainya disana kami berlomba untuk duduk dekat papa, karena papa yang paling pasrah kalau daging jatahnya diambil tangan-tangan mungil anak-anaknya yang terkasih. 

Papa selalu bilang “boleh pesan yang banyak asalkan harus habis” maka kalimat inilah yang menciptakan karakter kerakusan dalam diri kami. Tapi kerakusan yang bertanggung jawab. Jadi bukan masalah toh. 

Mama selalu bilang “lepas kancing celana kalau sudah kekenyangan” ini dia pembentuk perut-perut buncit kami yang sampai saat ini masih kami pelihara.

Detik detik terakhir ketika kami akan pulang, papa selalu pakai modus lupa dompet untuk mengelak dari kewajiban membayar mangkuk-mangkuk soto kami. Dan mama selalu manyun kalau disuruh bayar semuanya.

Lalu kami pulang dengan perut kenyang dan rasa puas seperti telah melahap jutaan mangkuk surga. Seringkali saat perjalanan pulang. Adik laki-lakiku terkentut-kentut karena kekenyangan. Secepat kilat dengan keadaan setengah tersedak kentut-sambil menahan nafas setahan-tahannya-kami membuka jendela mobil lalu menghina-dina si kecil
Sesampainya di rumah kami tidur pulas tidak peduli apa yang kami makan akan jadi lemak. Bahkan sampai pagi hari pun, rasa kenyang itu masih bertengger dalam perut kami.
Malam tadi aku datang lagi kesana bersaama mama. Semua masih sama; warna tenda pak kumis yang tetap biru, angin malam, pemusik jalanan dan penjualnya pun tetap sama. Hanya saja malam itu begitu sepi, bukan saja karena sudah larut malam tapi juga kami hanya berdua, dan tak ada papa.


malam itu kami memesan porsi kecil dan menghabiskannya cepat. Saat akan membayar, penjual soto dan beberapa pegawainya mulai bertanya “bapak mana?” aku hanya tersenyum menahan air mata. Tidak sanggup menjawab. Lalu mama bertanya “maunya ke mana?” suaranya parau. Si penjual kembali bertanya “loh emang kemana, bu?”

“bapak sudah meninggal”

Penjual itu nampak bingung harus bilang apa. Lalu dia berkata “maaf bu, saya gatau”
“sebenernya sih saya gamau cerita, tapi gapapa deh biar mas-mas ga pada nyariin aja” mama berikan senyum perih dengan suara lirih dan air mata tertahan. Setelah pamit pulang kami beranjak menuju mobil. Pulang ke rumah tanpa berkata apa-apa. Tanpa saling bertegur sapa. Tak ada kentut ataupun papa.


Cerita ini ditulis 7 bulan setelah kepergian papa, oktober 2010 di mobil mama
Diketik ulang: bandung, 3 februari 2012
10.07 wib di boromeus, menunggu panggilan bertemu dokter.
Aku urutan antrian ke-enam, syukurlah biasanya tiga puluh  lima

dua puluh delapan kita


Aku suka sekali dengan angka. Bukan berarti aku suka matematika. Hanya saja akan lebih mudah bagiku untuk mengingat segumpalan angka dibandingkan untaian kata atau bahkan gambar tak berwarna. Angka kesukaanku adalah dua puluh delapan.


Karena padanya ada kita dan seikat cerita cinta. tentang kamu dan aku.

Tidak terasa sudah beberapa dua puluh delapan terlewat di kalenderku. Hari-hari bersama kamu terasa nano-nano. Kadang begitu seru. Bisa juga terasa begitu frustrasi jika sedang rindu dan tak bisa bertemu. Atau menyebalkan ketika kamu lebih memilih bola dibandingkan aku. Padahal aku dan bola sudah sama bulatnya. Aku kurang apa? Masih kurang bulat juga? Kadang begitu menyenangkan sampai-sampai aku bisa menulis beberapa kata tentang kamu di mana saja; di kertas bekas warta jemaat gereja, pembungkus gorengan atau modul kuliahku.

Ah kamu, hanya dengan mengingat hal sepele saja kamu berhasil membuat aku tersenyum sipu.

omong-omong, aku ingat betul dua puluh delapan pertama kita. Waktu itu kita masih berbalut putih abu. Aku sedikit lebih gemuk dan kamu tidak setampan sekarang. Kamu sedikit lebih pendiam dan agak kikuk. Tapi aku suka.

Yang paling aku suka adalah cara menatapmu kepadaku. Bukan, bukan saat kamu melotot ketika marah. Tapi ketika kamu sedang memandang. Aku selalu terpaku dibuatnya; karena membalik aku tak rela tapi melihatpun membuat pipiku merona. Jadi kuputuskan untuk tetap melihat saja. Dan benar saja pipiku yang gembil mulai memanas berkat tatapanmu itu.

Aku ingat tawamu yang kebanyakan tanpa suara. Kalaupun bersuara berarti kamu sedang menertawai aku bukan sedang tertawa bersamaku. Aku pasti bertindak agak bodoh dan kamu menikmatinya riang gembira seperti sedang menyaksikan pertunjukan sirkus. 

Pernahkah kamu berkaca? Saat kamu tertawa mata kamu menyipit. Lucu seperti orang cina. Tapi kamu tidak pernah suka dibilang seperti itu. Dan mengingat hal itu lagi kembali membuat aku tersenyum.



waktu masih putih abu, bertemu denganmu di kantin sekolahmu saat itu membuatku terlalu sakit perut untuk mengunyah jajanan. Beberapa kupu-kupu terbang dalam perutku setiap melihat kamu melintas. Aku tak berani menyapa. Selalu tidak pernah berani. Tapi aku cukup berani untuk menguntitmu kemanapun kamu pergi, untuk mencuri pandang ke arahmu ketika kamu sedang tertawa atau melakukan tindakan bodoh yang sepertinya bukan kamu. lucu.

masa-masa lugu kita dulu. Masa-masa dimana aku masih sering membuat tulisan untuk menumpahkan segala perasaanku terhadap kamu atau sekedar menarik perhatianmu.  
Lalu kamu mulai menertawakannya. Tapi aku  cukup senang karena kamu sudah baca.

Ah, betapa tidak kusangka-dan betapa aku mengucap syukur pada Tuhan-kamu yang dulu begitu sulit ditembus kini punyaku. kamu sungguh kejutan manis yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan.

sekarang setelah sekian dua puluh delapan berlalu aku tidak mau berhenti begitu saja, aku masih mau melewati dua puluh delapan sebanyak mungkin bersama kamu, aritonang kesayanganku.

Punyamu
Bandung, jumat 3 feb 2012
1.02 dini hari 

kopi dan tentu saja, kamu


Kamu mungkin bekerja lebih efektif dari secangkir kopi. Mungkin saja terdapat kandungan kafein  dengan jumlah cukup banyak mengalir di dalam darahmu. kamu bisa membuatku terbangun sepanjang malam hanya dengan memikirkanmu. Pabrik kopi torabika bisa bangkrut total kalau tahu fakta yang satu ini. mungkin kamu akan dieksploitasi perusahaan besar dan mulai bekerja rodi untuk membuat orang-orang terjaga di tengah malam. Lalu mulai diekspor ke pelosok bumi dan meningkatkan devisa suatu negara.



Ah bercanda, jangan terlalu diambil hati. Karena itu hanya terjadi padaku yang sedang memikirkanmu.


Tapi dipikir-pikir akan menggembirakan kalau suatu tengah malam kelak, kita bisa meminum segelas kopi hangat bersama seraya duduk di sofa kulit empuk sambil bersandar dengan nyaman. Tepat di depan televisi, menyaksikan acara favorit kita lalu mengunyah beberapa kue kenari dan bercerita tentang penatnya hari. 
ya, pasti akan sangat menyenangkan.

Cepat-cepat kuaminkan mimpi kecilku yang satu ini.

sudah waktunya tidur.

Selamat malam, aritonang kesayanganku. Tidurlah yang nyenyak dan semoga kamu tidak bermimpi, karena mimpi akan menurunkan kualitas tidur seseorang. Tapi aku lebih memilih kualitas tidurku berkurang dibandingkan melewati satu malam tanpa kamu hadir di mimpiku.
Cepat sembuh ya <3

Perempuan dengan piyama beruang, rambut coklat terurai berantakan
Bandung, jumat 3 februari 2012
 1.30 wib

satu figura


Hai, Kapan kita berfoto lagi?

Tidak perlu foto yang terlihat well-prepared yang penting lensa itu menghadap ke arah kita dan kita menoleh sambil tersenyum. Senyumanku akan terlihat paling bahagia karena akulah sang empunya senyumanmu dan aku sangat amat bahagia karena itu.

Lalu aku akan gunting foto itu dan kutempel pula di dompetku. Akan kusimpan sampai kertasnya menguning dan lecek kanan kiri. Aku pasti lihat foto itu selagi mengambil uang untuk makan, kartu ATM, atau kartu tanda pengenalku. dan ketika aku melihatnya aku janji untuk tersenyum. Bahkan pada waktu-waktu terberatku misalnya saat aku tidak punya uang sepeserpun di dompet dan atmku tak diisi mama, aku akan buka dompet itu dan lihat senyummu. It definitely will make my day!

Jika dompetku pun amit-amit dicuri, pelakunya pasti akan tahu persis bahwa kita pacaran. Dan taruhan, dia pasti hanya melihat dingin itu. Bagiku sih wajar, karena yang dapat merasakan cinta disana hanya aku dan kamu.  orang lain hanya akan melihatnya dengan rasa iri, penasaran atau bisa saja tak peduli. tak apalah si pencuri ambil dompet itu dariku. Tapi dia tak bisa ambil kamu. karena kamu punyaku. betul kan? 

Lalu kucetak juga sebagian foto itu dan kutempel beberapa di buku biru kita. Foto-foto di buku biru kita akan semakin lama semakin membanyak sehingga buku itu mulai melengkung dan terlipat di sana sini. Dan tidak akan pernah aku kembalikan buku itu kepadamu. sebaiknya aku simpan saja sampai kita jadi kakek nenek. Sampai cucu kita lahir dan berbobot otak cukup untuk mengingat suatu hal. lalu kutunjukkan foto itu dengan bangga di hadapan wajahnya yang bulat berliur nan merah jambu. 

Ah aku sungguh mengaminkan mimpi kecilku yang satu ini.

duh betapa aku rindu kita bertemu satu figura. Tapi aku lebih rindu kamu karena sudah sekian hari tidak bertemu.

Bagaimana? Masih flu dan demam? Kuharap masih. Karena hidung besarmu yang memerah saat kamu sakit sungguh menggemaskan. bercanda. 
Cepat sembuh, aritonang kesayanganku.

Bandung, 3 feb 2012
 0.37 wib dini hari menunggu kamu yang mungkin akan bangun tiba-tiba
Tapi kayanya ga mungkin, karena kalau kamu tidur seperti sapi, gamau bangun
Tidur yang nyenyak adriel. Tuhan berkati.