hari yang sangat berarti bagiku. karenanya mamak membelikan aku seragam putih merah di toko kelontong Uda Sander kemarin pagi. lalu kucuci sampai tiga kali. supaya hari ini aku tampil rapi. mamak bilang seragam ini harus dijaga karena mamak hanya sanggup belikan satu saja. sebenarnya seragam ini agak kebesaran. celananya menjuntai sampai ke tumit, seragamnya berkibar bagai Sang Saka Merah Putih. jadi mamak ikat pinggangku dengan tali rafia biru yang dimintanya pula dari ibu-ibu di samping rumah. "harus muat sampai kelas 6 sd". itu kata mamak.
lalu aku berlari di tengah pagi. ditemani embun dan si tumang yang kakinya sudah kudisan sejak aku masih ngompol di celana. kalau lelah sebentar kami berjalan. tidak, aku dan tumang tak boleh istirahat, nanti kami terlambat. aku atau tumang tak punya jam yang dibilang orang bisa tunjukkan waktu. jadi kalau ayam kami sudah berkokok, mau tak mau aku harus lari kencang ke sekolah supaya tidak terlambat. sebenarnya bisa saja kalau aku mau naik truk perkebunan kelapa sawit yang suka lewat-lewat. toh cuma makan waktu setengah jam. tapi kata mamak panjat-panjat truk bisa bikin baju sobek.
akhirnya sampai juga di sekolah. si tumang lapar, aku apalagi. tapi apa daya mamak tak kasih uang, katanya sarapan dulu sebanyak-banyaknya dirumah baru boleh sekolah, tak ada jajan, pulang nanti saja makan lagi yang banyak. jadi aku dan tumang tadi pagi balas dendam sama mamak, kami makan itu nasi dari bakul mamak sampai 3 piring. ditambah sebiji ikan tenggiri yang didapat dari arisan minggu kemarin. kasihan sekali tumang, jadi aku suruh tumang pulang saja. dia cuma angguk-angguk lalu pergi pula. aku berlari kecil ke dalam tapi sendal jepitku tersangkut di antara batu-batu. kutarik-tarik sampai dia lepas juga.
"anak-anak kita kedatangan teman baru, ayo perkenalkan dirimu" begitu kata ibu guru sambil seret-seret aku sampai depan kelas. aku takut setengah mati, keringat bercucuran sampai bajuku basah kuyup. aku yakin setelah ini aku bisa-bisa dihabisi mamak, kalau seragamku ini basah, besok aku pakai apa. maka sekonyong-konyong bertambah deraslah peluhku. "tak usah takut. temen-temen barunya ga akan gigit kok." lalu aku mulai buka suara "namaku Nim, aku dari Talak Batu, Lumbapea, Tapanuli Selatan. tidak, tidak perlu repot-repot dicari, aku sudah beli peta indonesia kemarin di kios Uda Sander, lalu minta ditunjukkan dimana rumahku, tapi Uda bilang disitu tidak ada nama kampungku, jadi sepertinya itu jauh sekali dari kota sini."
Sabtu, 24 juni 2012
untukmu, Pak
0 comments:
Post a Comment